Minggu, 06 Mei 2018

Tentang Syukur dan Sabar


“…bersyukurlah kamu, niscaya akan Aku tambah (nikmat) bagimu..”(QS. 14:7)
Sekali lagi, aku iri pada mereka yang berbahagia karena mampu bersyukur dan bersabar pada setiap ujian yang dijalani.

Adalah Nusaibah binti Ka’ab. Wanita yang berhati baja. Wanita penuh dengan kemuliaan. Betapa tidak, keteguhan hatinya untuk memberangkatkan suami tercintanya Sa’ad yang sedang tertidur lelap untuk berperang dijalan Allah, juga anak-anaknya yang ia besarkan dan didik dengan penuh keimanan. Tersebab, tidak ada yang dapat ia berikan untuk Lantas gugur di medan perang. Ia sedih, tentu sedih kebahagiaan. Adakah wanita yang lebih mulia dari beliau? Yang kematiaanya disambut oleh para malaikat saat berperang dijalan Allah. MasyaAllah.

Betapa berbahagianya mereka. Ingatan ku 3 tahun lalu kembali, tentang  Desa Girijagabaya yang telah membangunkan angan ku selama ini pada nikmatnya dunia. Tentang banyak hal yang ingin aku dapati di dunia ini. Kaki-kaki kecil yang berlarian tanpa alas itu menyambutku dan mengantarkan ku pada suatu keadaan. Senyum dan tawa di wajah mu pun yang telah menghanyutkan ku pada kenyataan. Kenyataan bahwa kehidupan yang kamu jalani saat ini bukan suatu hal yang perlu di keluhkan. Apalagi untuk di caci. Bukan lisan mu yang membuat ku tahu bahwa kamu bersyukur. Tapi hati. Hati mu lah yang menunjukkan rasa syukur itu. Adalah kisah-kisah yang kamu ceritakan pada ku lah yang membuat hati kita saling berpaut. Keindahan kota tidak membuat mu tertarik untuk meninggalkan desa tempat mu tinggal. “aku tidak mau pergi, aku harus belajar dan sekolah disini. Memajukan desa ku itu lebih penting. Tunggu aku disana ya ka.”  
Lantas adakah yang perlu aku keluhkan?