“…bersyukurlah kamu, niscaya akan
Aku tambah (nikmat) bagimu..”(QS. 14:7)
Sekali
lagi, aku iri pada mereka yang berbahagia karena mampu bersyukur dan bersabar pada
setiap ujian yang dijalani.
Adalah
Nusaibah binti Ka’ab. Wanita yang berhati baja. Wanita penuh dengan kemuliaan.
Betapa tidak, keteguhan hatinya untuk memberangkatkan suami tercintanya Sa’ad yang
sedang tertidur lelap untuk berperang dijalan Allah, juga anak-anaknya yang ia
besarkan dan didik dengan penuh keimanan. Tersebab, tidak ada yang dapat ia
berikan untuk Lantas gugur di medan perang. Ia sedih, tentu sedih kebahagiaan.
Adakah wanita yang lebih mulia dari beliau? Yang kematiaanya disambut oleh para
malaikat saat berperang dijalan Allah. MasyaAllah.
Betapa
berbahagianya mereka. Ingatan ku 3 tahun lalu kembali, tentang Desa Girijagabaya yang telah membangunkan angan
ku selama ini pada nikmatnya dunia. Tentang banyak hal yang ingin aku dapati di
dunia ini. Kaki-kaki kecil yang berlarian tanpa alas itu menyambutku dan mengantarkan
ku pada suatu keadaan. Senyum dan tawa di wajah mu pun yang telah menghanyutkan
ku pada kenyataan. Kenyataan bahwa kehidupan yang kamu jalani saat ini bukan
suatu hal yang perlu di keluhkan. Apalagi untuk di caci. Bukan lisan mu yang
membuat ku tahu bahwa kamu bersyukur. Tapi hati. Hati mu lah yang menunjukkan
rasa syukur itu. Adalah kisah-kisah yang kamu ceritakan pada ku lah yang membuat
hati kita saling berpaut. Keindahan kota tidak membuat mu tertarik untuk meninggalkan
desa tempat mu tinggal. “aku tidak mau
pergi, aku harus belajar dan sekolah disini. Memajukan desa ku itu lebih
penting. Tunggu aku disana ya ka.”
Lantas
adakah yang perlu aku keluhkan?