Rabu, 27 Mei 2015

Perjuangan itu


Putih  memanggilnya dengan nama Biru
Biru adalah laki-laki menyebalkan, laki-laki dengan penuh kerahasiaan. Menurut Putih.
Biru yang selalu Putih perhatikan tak peduli dengan Putih, 
selalu mengalihkan wajahnya jika bertemu dengan Putih

Biru yang ketika berada di dekat Putih, selalu mengacuhkan perkataannya, tidak peduli mungkin
Entahlah apa yang salah dari Putih sampai akhirnya Biru tak pernah melihatnya
Sesekali hati Putih mengutuk nama Biru saat dia didekatnya, menyembunyikan kekesalannya
Bagaimana tidak. Biru terlihat amat menyenangkan dengan mereka, tertawa lepas seperti tak ada yang tertahan dalam dirinya

Sedangkan dengan Putih? Biru tak pernah terlihat tertawa di hadapannya, 
hampir tidak pernah tersenyum dengan Putih 
Dan Putih. Tentu Putih amat merasa tidak diadili olehnya. Merasa diri tak ada gunanya di hadapannya
Sampai pada suatu hari, saat Putih memberanikan diri untuk mempertanyakan keadilannya
Putih tak menyangka dengan jawaban Biru kepadanya

Jawaban yang sedari dulu tak pernah Putih sangka, tak pernah Putih fikirkan
Biru yang sedari dulu terlihat amat asam dihadapan Putih, ternyata itu adalah suatu perjuangan
Perjuangan Biru dalam menahan perasaannya, menahan hawa nafsunya
Biru yang setiap harinya selalu Putih kutuk dalam hati, ternyata sedang memperjuangkan perasaan itu.

Perasaan yang membuat Biru tak pernah tenang di malam hari. 
Terlebih lagi ketika Biru harus berhadapan langsung dengan Putih
Biru yang sudah lama diam-diam bersembunyi dalam tundukan wajahnya setiap kali melihat Putih
Putih hanya tersenyum, Putih telah mengetahui perilaku Biru terhadapnya

Putih telah mengerti acuhan itu, telah mengerti tundukan wajah itu
Dan Putih. Putih tak peduli lagi dengan acuhan itu, tidak peduli lagi dengan wajah Biru yang amat menyebalkan baginya
Putih bersyukur karena Putih tak perlu lagi mengutuk-ngutuk nama Biru dalam hatinya
Kali ini Putih hanya menyebut nama Biru pada Dia sang penulis skenario terindah dalam hidup Putih. 

Dan Putih amat mensyukuri, seseorang yang terlihat amat tidak peduli dengannya ternyata  diam-diam sedang memperjuangkannya.
Putih sungguh ingin sekali diperjuangkan kan? 

Sabtu, 02 Mei 2015

Ayah


Ayah.
Ia seorang laki-laki yang paling tampan luar dan dalamnya bagi anak perempuannya
Laki-laki yang rela jatuh, sakit, bahkan terluka pun baginya tidak masalah demi keluarganya
Katanya laki-laki itu seperti pahlawan. Bagiku ayah lebih dari seorang pahlawan
Ayah yang tak pernah absen memperhatikan keluarganya, memberi kasih sayang dan cintanya, terutama kepada anak perempuannya
Ayah adalah laki-laki yang pertama kali menjadi orang yang dicintai anak perempuannya
Menjadi laki-laki yang paling utama untuk dipatuhi oleh anak perempuannya, tentu saat anak perempuannya belum dilamar oleh laki-laki lain
Ayah selalu berusaha menyembunyikan rasa lelah dari penglihatan anak-anaknya
Hanya bisa terlihat saat ia tertidur, begitu lelap. Terlihat begitu lelah wajahnya
Sesekali ayah rela menjadi boneka untuk anak-anaknya, berusaha membuat anak-anaknya tertawa, terlebih lagi jika anaknya sedang sedih. Tidak ingin melihat air mata anaknya jatuh
Atau bahkan sesekali ayah menjadi buku pelajaran. Memberi pengetahuan, mendidik dan membina anaknya dengan kasih sayang, menceritakan banyak hal tentang kehidupannya dulu, bahkan ia menceritakan kisah cintanya bersama Ibu.
Dan kami, paling suka mendengarkan kisah cintanya bersama Ibu. Sesekali kami menggoda Ibu dan Ibu hanya tersenyum malu. Betapa indahnya kisah itu.
Ayah, dalam qiyamulailnya selalu berdoa untuk kebaikan keluarganya.
Selalu meminta kepada Tuhan untuk senantiasa menjaga anak-anaknya, terutama anak perempuannya.
Ayah, laki-laki yang paling takut anak perempuannya tumbuh dewasa. Takut akan ada laki-laki yang membuat anak perempuannya menangis.
Dan kami, kami teramat bersyukur memiliki Ayah seperti itu.
Ayah akan selalu menjadi laki-laki nomor satu di hati kami dan menjadi cinta terakhir kami
Ayah, terima kasih untuk semua yang telah kau perjuangkan untuk keluargamu