Rabu, 17 Juni 2015

Topeng Indah yang Menyedihkan


Melihat fisiknya dicermin terlihat begitu mempesona. Terlihat seperti putri dalam dongeng-dongeng yang selalu berakhir menyenangkan. Putri cantik nan anggun. Tersenyum indah saat orang lain menatapnya. Terlihat sangat menyenangkan saat berbicara. Tutur katanya yang lembut nan sopan membuat orang orang nyaman berada didekatnya.
            Tapi, sadarkah kau? Lihatalah tatapan mata itu. Sadarkah bahwa dibalik senyuman itu ada sesuatu yang mengganjal? Tidakkah kau melihat ada kesedihan dibalik senyuman dan tatapannya itu? Bisakah kau berhenti sejenak dan memperhatikan raut wajah yang menyenangkan itu? Duduk lah sejenak untuk melihatnya dari sudut lain. Mungkin saja kamu bisa menyadarinya saat kamu diam sejenak.
            Tau bagaimana sulitnya dia menyimpan dan menyembunyikan kesedihan itu. Betapa beratnya dia menahan kesesakan didalam hatinya itu. Kau melihatnya? Aku melihatnya. Dia terlihat begitu menyedihkan, amat berat baginya menahan kesesakan itu. Bukan, bukan berarti senyuman itu palsu. Tidak ada yang dipalsukan, itu hanya cara dia menyembunyikan bebannya.
            Mungkin memang terlihat baik-baik saja, tapi amat disayangkan. Ternyata dia begitu rapuh. Bagai pohon yang dari kejauhan amat kokoh namun saat kita mendekat dan merasakan kekosongan hatinya ia begitu rapuh, hancur, terbuang.
            Tidak tahu harus menumpahkan beban  yang ia simpan sendiri itu kemana. Hanya sajadah yang selalu ia bentangkan di setiap malam malam panjangnya. Sajadah yang setiap malamnya terbasahi oleh air mata yang jatuh. Beban amanah yang begitu berat dipundaknya itu membuatnya ia merasa takut untuk berhadapan dengan-Nya. Khawatir tidak bisa melakukannya dan menjadi suatu kekecewaan bagi mereka yang mengharapkan mimpi mimpi itu bisa terjadi olehnya. Khawatir akan kelemahan yang ia miliki menjadi hambatan untuk menjadikan mimpi mimpi itu menjadi nyata
            Bisakah mereka menahan mimpi-mimpi itu sebentar saja, hanya sejenak saja untuk mengerti keadaannya. Agar ia tidak  membusuk, agar ia tidak layu, agar ia tidak  rapuh. Sejenak saja beri ia ketenangan dalam mengendalikan perasaannya. Setiap orang memilki caranya masing masing bukan? Tidak selalu dengan cara mengungkapkan. Sungguh ia mampu mewujudkan mimpi-mimpi itu, sungguh. Ia hanya butuh waktu, waktu untuk mewujudkannya. Bukankah semuanya memerlukan proses? Tidak dapat secepat roler coaster berlaju kan. Aku yang sedari dulu menyadari kesedihannya hanya dapat memperhatikannya jauh-jauh. “Kau baik baik saja?” sesekali aku bertanya padanya. “Aku baik-baik saja” jawabnya begitu datar. Dan aku pergi menjauh, membiarkannya berdiam diri dibalik jendela kaca toko yang berembun. 

1 komentar:

  1. ada banyak orang yang hanya mengetahui sisi luar yang begitu kuat, tapi mereka tak akan pernah sadar bahwa ada sisi yang lemah di balik itu, kenapa? karna mereka tak benar-benar memeperhatikannya

    BalasHapus