Melihat fisiknya dicermin terlihat begitu mempesona. Terlihat
seperti putri dalam dongeng-dongeng yang selalu berakhir menyenangkan. Putri
cantik nan anggun. Tersenyum indah saat orang lain menatapnya. Terlihat sangat
menyenangkan saat berbicara. Tutur katanya yang lembut nan sopan membuat orang
orang nyaman berada didekatnya.
Tapi, sadarkah kau?
Lihatalah tatapan mata itu. Sadarkah bahwa dibalik senyuman itu ada sesuatu
yang mengganjal? Tidakkah kau melihat ada kesedihan dibalik senyuman dan
tatapannya itu? Bisakah kau berhenti sejenak dan memperhatikan raut wajah yang
menyenangkan itu? Duduk lah sejenak untuk melihatnya dari sudut lain. Mungkin
saja kamu bisa menyadarinya saat kamu diam sejenak.
Tau bagaimana
sulitnya dia menyimpan dan menyembunyikan kesedihan itu. Betapa beratnya dia
menahan kesesakan didalam hatinya itu. Kau melihatnya? Aku melihatnya. Dia terlihat
begitu menyedihkan, amat berat baginya menahan kesesakan itu. Bukan, bukan
berarti senyuman itu palsu. Tidak ada yang dipalsukan, itu hanya cara dia menyembunyikan
bebannya.
Mungkin memang terlihat
baik-baik saja, tapi amat disayangkan. Ternyata dia begitu rapuh. Bagai pohon
yang dari kejauhan amat kokoh namun saat kita mendekat dan merasakan kekosongan
hatinya ia begitu rapuh, hancur, terbuang.
Tidak tahu harus
menumpahkan beban yang ia simpan sendiri
itu kemana. Hanya sajadah yang selalu ia bentangkan di setiap malam malam
panjangnya. Sajadah yang setiap malamnya terbasahi oleh air mata yang jatuh. Beban
amanah yang begitu berat dipundaknya itu membuatnya ia merasa takut untuk
berhadapan dengan-Nya. Khawatir tidak bisa melakukannya dan menjadi suatu
kekecewaan bagi mereka yang mengharapkan mimpi mimpi itu bisa terjadi olehnya. Khawatir
akan kelemahan yang ia miliki menjadi hambatan untuk menjadikan mimpi mimpi itu
menjadi nyata
Bisakah mereka
menahan mimpi-mimpi itu sebentar saja, hanya sejenak saja untuk mengerti
keadaannya. Agar ia tidak membusuk, agar
ia tidak layu, agar ia tidak rapuh. Sejenak
saja beri ia ketenangan dalam mengendalikan perasaannya. Setiap orang memilki caranya
masing masing bukan? Tidak selalu dengan cara mengungkapkan. Sungguh ia mampu
mewujudkan mimpi-mimpi itu, sungguh. Ia hanya butuh waktu, waktu untuk
mewujudkannya. Bukankah semuanya memerlukan proses? Tidak dapat secepat roler
coaster berlaju kan. Aku yang sedari dulu menyadari kesedihannya hanya dapat
memperhatikannya jauh-jauh. “Kau baik baik saja?” sesekali aku bertanya
padanya. “Aku baik-baik saja” jawabnya begitu datar. Dan aku pergi menjauh,
membiarkannya berdiam diri dibalik jendela kaca toko yang berembun.
ada banyak orang yang hanya mengetahui sisi luar yang begitu kuat, tapi mereka tak akan pernah sadar bahwa ada sisi yang lemah di balik itu, kenapa? karna mereka tak benar-benar memeperhatikannya
BalasHapus