Jumat, 20 Juli 2018

Karena aku sangat mudah untukmu



Karena aku sangat mudah untukmu.

Kamu tidak perlu lelah-lelah berjuang, sebab aku tidak mungkin sampai hati membiarkan orang yang ingin memperjuangkanku berjuang sendirian.
Kamu tidak perlu repot-repotmembuat dirimu diterima, sebab aku selalu bersedia mengambil tanggungjawab untuk lebih dari menerima, yaitu memaafkan, melupakan, bahkan melepaskan.
Kamu tidak perlu pusing-pusing memikirkanku, sebab aku sungguh selesai dengan diriku sendiri. Sebab masa depanku adalah rangkaian rencana yang bisa diganti. Sebab ambisiku selalu (hanya) sekeras tangan yang menggenggam pasir, secukupnya, mencukupkanku.
Kamu tidak perlu khawatir tentang apapun, sebab aku bisa mengikutimu ke mana pun. Aku bisa diajak berjalan, berlari, merangkak. Aku bisa bertahan pada segala musim dan cuaca, bisa berteman dengan segala rasa dan nuansa.

Karena aku sangat mudah untukmu,
Semoga kamu merasakannya, bahwa yang mudah didapatkan, belum tentu tak berharga.
Semoga aku sangat berarti untukmu. Suamiku.

Suami yang #MNCRGNSKL





Menjadi orang yang pertama untuk di patuhi dalam keluarga adalah keinginan seorang suami. Patuh pada perbuatan yang baik, patuh pada perbuatan yang di ridhoi oleh Allah swt, dan tentu setiap perbuatan yang kelak akan diminta pertanggungjawabannya kepada sang Khalik.

“Dek, MasyaAllah cantik nian dirimu memakai hijab.”

“Dek, kerudungnya agak di panjangin ya. Terlihat lebih anggun loh!”

“Dek, kayaknya kerudungnya agak tipis ya, leher mu terlihat. Malu sebaik-baiknya sifat Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam loh dek.”

“Dek, sebelum bedug tilawah dulu yuk. Atau adek mau muraja’ah? Yuk abang simak”

Setiap kalimat yang terucap mengandung perintah, perintah untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki. Mungkin tidak semua wanita mau di perintah, tersebab kalimat yang terucap tidak elok, intonasi yang tinggi, serta kurangnya lemah lembut dalam penyampaiannya, wanita terlahir dari tulang rusuk yang membelok kan? Maka jangan coba coba untuk dipaksakan lurus dengan keras, dia akan patah, sakit berkepanjangan. Mari kita lihat sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa salam kepada Ummahatul Mukminin, Aisyah radhiyallahu anhu sang istri.

Dari Aisyah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda: “Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek.” (HR. Muslim)

Maka, pandai-pandailah seorang suami dalam bertutur kata, dalam menasehati istri, pun dalam memberikan kalimat perintah agar setiap ucapan suami dapat menjadi pakem dalam setiap perbuatan yang akan di lakukan oleh seorang istri. Sang istri? Dengarkan, patuhi bila itu kebaikan yang datang dari ucapannya, kamu sungguh ingin sehidup sesyurga dengannya bukan? Mari belajar bersama, berproses bersama. Sedikit lelah mungkin, tapi tidak ada salahnya kan bila tempat peristirahatan kita bersamanya adalah syurga.

Minggu, 06 Mei 2018

Tentang Syukur dan Sabar


“…bersyukurlah kamu, niscaya akan Aku tambah (nikmat) bagimu..”(QS. 14:7)
Sekali lagi, aku iri pada mereka yang berbahagia karena mampu bersyukur dan bersabar pada setiap ujian yang dijalani.

Adalah Nusaibah binti Ka’ab. Wanita yang berhati baja. Wanita penuh dengan kemuliaan. Betapa tidak, keteguhan hatinya untuk memberangkatkan suami tercintanya Sa’ad yang sedang tertidur lelap untuk berperang dijalan Allah, juga anak-anaknya yang ia besarkan dan didik dengan penuh keimanan. Tersebab, tidak ada yang dapat ia berikan untuk Lantas gugur di medan perang. Ia sedih, tentu sedih kebahagiaan. Adakah wanita yang lebih mulia dari beliau? Yang kematiaanya disambut oleh para malaikat saat berperang dijalan Allah. MasyaAllah.

Betapa berbahagianya mereka. Ingatan ku 3 tahun lalu kembali, tentang  Desa Girijagabaya yang telah membangunkan angan ku selama ini pada nikmatnya dunia. Tentang banyak hal yang ingin aku dapati di dunia ini. Kaki-kaki kecil yang berlarian tanpa alas itu menyambutku dan mengantarkan ku pada suatu keadaan. Senyum dan tawa di wajah mu pun yang telah menghanyutkan ku pada kenyataan. Kenyataan bahwa kehidupan yang kamu jalani saat ini bukan suatu hal yang perlu di keluhkan. Apalagi untuk di caci. Bukan lisan mu yang membuat ku tahu bahwa kamu bersyukur. Tapi hati. Hati mu lah yang menunjukkan rasa syukur itu. Adalah kisah-kisah yang kamu ceritakan pada ku lah yang membuat hati kita saling berpaut. Keindahan kota tidak membuat mu tertarik untuk meninggalkan desa tempat mu tinggal. “aku tidak mau pergi, aku harus belajar dan sekolah disini. Memajukan desa ku itu lebih penting. Tunggu aku disana ya ka.”  
Lantas adakah yang perlu aku keluhkan?

Rabu, 31 Januari 2018

Sabtu, 06 Januari 2018


Kan ku katakan padamu..

Proses yang kita lalui sejauh ini, tentu tidak akan bernilai apa – apa tanpa disertai dengan hati yang ikhlas dan sabar.  Aku. Menjalani proses ini bukan atau bahkan tidak sama sekali karena wajah mu yang terlihat rupawan yang pada akhirnya akan berkerut di makan usia dan semakin menua, bukan harta yang kamu pakai dan kamu miliki lebih bagus dari pada yang aku miliki, harta yang kita punya ini tidak akan dibawa mati kan? Bukan juga soal ketakwaan mu kepada sang Pencipta, tahu apa aku tentang ketakwaan manusia yang bahkan ketakwaan ku saja masih meragukan.

Bukan soal itu semua untuk menjadikan mu sebagai seorang yang akan ku baktikan diriku untuk menuju Jannah-Nya. Melainkan soal keimanan dan ketakwaan ku pada-Nya. Biarkan hati ini yang mengenal dirimu, sebab hati mengenali hati. Mata hanya mengenali fisik. Tabaarakallah, telah menghadirkan mu untuk aku jadikan alasan bahwa semua perasaan, penantia, dan rasa rindu ini akan bermuara pada hati yang tepat menurut-Nya.


Mitsaqan Ghalizan itu benar nyatanya. Perjanjian yang menggetarkan langit, para penduduk langit ikut mendoakan, sayap-sayap malaikat pun meneduhkan langit juga pada setiap hati yang merindu. Kini, bukan lagi tentang aku dan kamu. Melainkan tentang kita. Membangun kapal untuk berlayar. Bersiap siaga untuk berlayar di samudra kehidupan. Akan ada karang besar, badai, petir, dan segala macam bentuk ujian yang akan kita temukan selama perjalanan. Bukan untuk melemahkan, bukan untuk menakuti. Melainkan untuk menguatkan, menegarkan hati yang dulu sempat rapuh, menjadi pembelajaran untuk mendewasakan diri. Bagaimana pun bentuk ujian yang hadir, aku akan tetap bersamamu. Aku siap untuk menjadi koki, menjadi madrasah untuk anak-anak, menjadi bahu untuk mu bersandar, menjadi pendengar yang baik untuk mu bercerita tentang banyak hal yang kamu temukan didunia. Selama kamu menjadi nahkoda di kapal ini, aku akan merasa baik baik saja. Adalah kamu. Teman hidup ku, sehidup sesyurga. Terimakasih. Terimakasih suamiku karena telah hadir dan bersedia membersamai ku. 

Minggu, 19 Juli 2015

“Kata siapa diri ini kuat?” kata dirimu sendiri!

Sedari buaian hingga berjuang mempertahankan kehidupan
Seorang anak adam mencoba bertahan dari beban ujian, karena hidup ini adalah ujian
Dari berjuang melihat dunia, hingga terlelap abadi meninggalkan dunia
Ya… dia berasal dari setetes air perjuangan seorang laki-laki
Dan seorang malaikat cantik yang mampu merawatnya dalam rahimnya.

Dalam dirinya hanya terukir kata “aku mampu” untuk menapaki jejak hidup ini. Tak peduli seberapa sulit bahaya yang menghadang, dan tidak terlena dengan kenikmatannya waktu kecil digunakan untuk belajar mengerti akan pentingnya kerasnya perjuangan seorang Ayah yang hidup dari mengajarkan makna pentingnya agama dalam hidup ini, dari satu majllis ke majlis lainnya. Aku belajar dari seorang yang mampu menyimpan air mata kesedihan dari orang-orang yang di Cintainya. Tidak ingin mereka merasakan apa yang dirasakannya, aku hanya ingin melihat senyuman, bukan melihat hasil harapan yang hilang. Walaupun itu sebuah tangis kebahagiaan, namun, yang seperti itu lebih Indah lagi menyenangkan ku pandangHidup bukan hanya mengenal tentang kebahagian tapi juga bagaimana menyikapi kesedihan. Sungguh aku tidak ingin melihat air mata itu lagi, air yang mengadung ratapan harapan yang jatuh deras membanjiri perasaan penyesalan.

#اجهد ولاتكسل ولا تكن غافلا  #فندمة العقب لمن يتكاسل

“Berjuanglah, bersungguh-sungguhlah jangan bermalas-malasan dan jangan jadi orang yang lalai, maka penyesalan adalah hukuman bagi orang yang bermalas-malasan”

Sepenggal perkataan mutiara yang sangat menyayat hati bagi orang-orang yang bermalas-malasan, dan sebuah ancaman bagi para pejuang ilmu yang hausakan ilmu, Nyatanya berjuang  tidak semudah yang kujalani, banyak yang harus dibenahi dari dalam diri sebelum berjuang, ibarat ”siapkan peluru sebelum berperang” perkataan yang  aku ambil dari makna kehidupan adalah ujian, siapkan peluru sebanyak-banyaknya, wahai pejuang agar perjuanganmu tidak mati di tengah jalan, “jadikan dirimu sebagai senjata dan pengalaman hidupmu sebagai pelurunya”.